(Image/Gambar) : Lembaga Pendidikan PAUD Harapan Kita menjaga dan Mencerdaskan Anak Anak Kuta Babo |
Pakpak Bharat - Sumutpos.id : Kemarin siang, seorang wanita paruh baya bercerita tentang keberadaan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Harapan Kita di Desa Kuta Babo, Kecamatan Tinada, Pakpak Bharat. Wanita paruh baya itu adalah Lince Munthe.
Lince Munthe bisa dibilang seorang wanita tangguh. Ia pernah sebagai pengelola lembaga PAUD Harapan Kita. Selain ibu rumah tangga, Lince juga sebagai ketua lembaga PAUD Harapan Kita. PAUD Harapan Kita adalah lembaga yang bernotaris sejak tahun 2014.
Lince menceritakan, keberadaan PAUD Harapan Kita di Desa Kuta Babo adalah didirikan berdasarkan keinginan warga. Harapannya warga yang punya anak kecil di bawah lima tahun menitipkan anaknya untuk diajari dan dibimbing di PAUD Harapan Kita.
Hal demikian pun terwujud. PAUD Harapan Kita yang berdiri sejak tahun 2010 itu telah menamatkan 141 orang. Jumlah tersebut dibilang besar mengingat jumlah penduduk desa Kuta Babo sedikit.
"Lembaga PAUD Harapan Kita terwujud berkat dukungan masyarakat. PAUD ini beralamat di Desa Kuta Babo," kata Lince Munthe mengawali pembicaraan.
Lince mengatakan, PAUD Harahap Kita merupakan tempat menjaga anak-anak usia dini agar bisa dibimbing untuk bisa bersikap baik. Namun dalam kesehariannya yayasan Harapan Kita tidaklah seperti PAUD yang berada di Kota yang mendapat kucuran dana yang banyak. Yayasan PAUD Harapan Kita dibantu dari secara sukarela.
"Semuanya atas bantuan sukarela, kami tidak ada memaksa," ungkapnya.
Ditanya soal biaya operasional PAUD, Lince yang sejak tahun 2019 lalu mengalihkan pengelolaan PAUD karena menjadi perangkat desa, menceritakan bahwa dana operasionalnya hanya tenaga pengajar yang diberikan pemerintah. Jumlahnya katanya Rp500 ribu per bulan. "Tenaga pengajar ada Rp500 per bulan," kata Lince.
Ditanya lagi soal operasional kantor dan perlengkapan tenaga pengajar, Lince mengakui ada bantuan dari pemerintah desa tetapi bantuannya berupa meja dan baju pengelola itupun bahan jadi.
"Kami nggak ada menerima bantuan dalam bentuk uang, kami hanya menerima pakaian jadi yang sudah dibelikan oleh pemerintah desa misalnya meja. Kemudian dari dinas pendidikan bantuannya juga yang sudah jadi. Jadi kami tidak ada mengelola anggaran," ungkapnya.
Ditanya lagi soal kebutuhan anak PAUD saat melaksanakan kegiatan di kelas darimana operasionalnya? Lince mengatakan inisiatif dari guru PAUD.
"Kalau hal kecil, misalnya air minum di ruangan itu adalah inisiatif gurunya. Gurunya akan membawa air dari rumahnya yang kemudian diberikan kepada anak PAUDnya," ungkapnya.
Lince pun bercerita panjang soal kondisi PAUD Harapan Kita yang berdiri sendiri yang membutuhkan kesabaran untuk mengelolanya.
"Saya kira butuh kesabaran untuk mengelolanya, tetapi sejak tahun 2019 saya sudah mengalihkannya kepada pengurus baru. Saya alihkan karena ingin fokus untuk perangkat desa," ujarnya.
Ditanya lagi soal bantuan dari desa, Lince mengakui ada menerima bantuan sejak tahun 2017 . Bantuan yang diterima PAUD Harapan Kita karena ada peraturan dari pusat bahwa lembaga bisa menerima bantuan dari dana desa tetapi lembaga resmi.
"Waktu itu ada peraturan bahwa dana desa bisa diberikan untuk honor atau intensif guru PAUD. Tetapi itu honor atau intensif maka PAUD Harapan Kita yang menerima. Tetapi jika pemerintah desa mengadakan bantuan sejenis barang, maka barang jadi kami terima. Memang ada kami terima seragam diserahkan pemerintah desa kami menerima hibahnya, jadi kami nggak ada menerima uang," ungkapnya.
Lamita Limbong pengelola PAUD Harapan Kita menceritakan suka-duka sebagai pengelola. Menurut Lamita, dirinya bukanlah hanya sebagai guru PAUD tetapi lebih sebagai penjaga anak-anak.
"Kalau saya ceritakan pak, peran kami sudah banyak pak. Selain mengajari mereka berhitung kami juga menjaga mereka pada pagi hari," kata Lamita.
Misalnya kata dia, sejak pagi orang tua menitipkan anak mereka ke PAUD, sejak itulah kami menjaganya. "Kami memberinya minum, mengganti celanannya," ucapnya.
Meski demikian, hal itu tidaklah jadi masalah bagi Lamita. Itu adalah pekerjaanya yang sudah dilakukannya bertahun-tahun dengan iklas.
"Kami mendidik mereka mengajar dan menjaga mereka dengan iklas. Kami perlu sampaikan jika dilihat dari gaji yang kami terima tidak sebanding dengan beban. Tetapi kami bekerja dengan iklas. Kami senang bisa mengajari anak-anak PAUD," ungkapnya. (Red-SP.ID/ASB)