Toba/sumutpos.id, Parsaoran Sibisa, Sabtu, 7 Juni 2025 Ribuan Marga Manurung Simanoroni dari berbagai daerah, termasuk juga dari perantauan, memadati Lapangan Desa Parsaoran Sibisa untuk menghadiri pesta Peresmian Pemugaran Tambak Makam Raja Manurung Si Manoroni.
Acara kegiatan ini adalah merupakan puncak dari rangkaian kegiatan panjang yang digagasi oleh keluarga Besar Marga Manurung Simanoroni sedunia.
Selain menjadi bentuk penghormatan terhadap leluhur, pemugaran ini diharapkan dapat mendorong lahirnya kawasan wisata budaya baru di Kabupaten Toba.
Rangkaian acara dimulai sejak pagi hari, diawali dengan Ibadah Kebaktian dan dilanjutkan dengan Peresmian makam, Ziarah ke makam leluhur , Prosesi adat tor-tor, pemberian ulos, penyembelihan hewan, dan diakhiri pesta hiburan rakyat hingga malam hari.3.000 orang warga batak bermarga Manurung memadati lokasi tambak yang kini telah berdiri megah dengan Struktur granit yang kokoh, menggantikan bangunan lama yang dahulu sering tergenang air serta kurang terawat.
Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh-tokoh penting, baik dari kalangan pemerintah, militer, tokoh adat, hingga pimpinan organisasi marga. Hadir di antaranya Mayjen TNI Timur Manurung, Arya Manurung (Ketua Patambor Indonesia) ,Rusman Manurung (Ketua Umum Patambor Indonesia) Periode 2024-2029, Maringan Manurung, serta Raja Hutagurgur. Pemerintah Kabupaten Toba turut hadir melalui perwakilan resmi Bupati Toba dan Camat Ajibata.
Hadir pula Thomson Manurung mewakili DPRD Kabupaten Toba. Tak kalah penting, peresmian tambak ini juga dihadiri para raja-raja Batak dari garis keturunan Silahisabungan, yakni Raja Silahisabungan, Raja Tambun, Raja Turi, dan Raja Hutajulu, yang menambah kekhidmatan sekaligus legitimasi adat atas kegiatan ini.
Pemugaran tambak ini lahir dari kegelisahan para keturunan Raja Si Manoroni, khususnya yang tergabung dalam komunitas perantauan. Melalui diskusi intensif sejak awal 2024, para penggagas menyampaikan keprihatinan atas kondisi makam yang tak layak, bahkan sempat dijadikan tempat menjemur pakaian oleh warga sekitar.
Rapat-rapat digelar di berbagai kota seperti Jabodetabek, Medan, hingga Sibisa. Setelah survei lapangan dan pembentukan tim, peletakan batu pertama dilakukan secara simbolis pada 22 Februari 2025.
Pengerjaan fisik dilakukan selama hampir tiga bulan, dengan jeda saat libur Idul Fitri. Anggaran awal sebesar Rp490 juta akhirnya membengkak menjadi Rp595 juta karena penyesuaian kebutuhan dan meningkatnya jumlah peserta. Meski demikian, seluruh dana berhasil dikumpulkan melalui gotong royong, dan bahkan mencatatkan surplus.
Sepman Manurung, selaku Ketua Panitia, mengungkapkan bahwa keberhasilan acara ini tak lepas dari semangat kolektif seluruh keluarga besar Manurung. Ia menyebut kegiatan ini sebagai momentum kebangkitan nilai-nilai luhur dalam masyarakat Batak.
“Kami tidak hanya membangun tambak secara fisik, tapi juga membangun kembali semangat persatuan, rasa hormat kepada leluhur, dan tanggung jawab terhadap warisan budaya. Ini bukan proyek sesaat, melainkan gerakan moral agar generasi muda Manurung ujar Sepman dalam Sambutannya.
Lebih lanjut, Sepman berharap agar tambak ini tak hanya menjadi simbol penghormatan terhadap Raja Simanoroni, melainkan juga sebagai pintu masuk bagi pengembangan wisata budaya yang berbasis Sejarah serta Adat.
“Kami membuka ruang selebar-lebarnya untuk pemerintah daerah, pelaku pariwisata, dan masyarakat Batak agar tambak ini dijadikan sebagai situs budaya yang dirawat secara bersama sama. Ini milik kita semua, bukan hanya Marga Manurung,” tambahnya.
Acara puncak berlangsung meriah dan tertib. Prosesi adat berjalan sesuai rencana, meski sempat ada sedikit keterlambatan pada sesi acara malam hiburan. Namun secara keseluruhan, para tokoh adat dan perwakilan lembaga menyatakan kekagumannya atas pelaksanaan yang rapi dan tertata baik.
Uli Tiar Manurung Selaku Sekretaris Panitia Tambak Manurung menyampaikan bahwa Lebih dari sekadar pembangunan fisik, pemugaran ini menjadi simbol persatuan. Panitia berharap tambak yang telah direnovasi ini dapat dijadikan sebagai situs wisata budaya atau bahkan kawasan cagar budaya oleh pemerintah Kabupaten Toba.
Kami meminta dan berharap agar Pemkab Toba, Kecamatan Ajibata, dan Desa Parsaoran Sibisa dapat mulai menata fasilitas pendukung seperti MCK, akses jalan, dan tata ruang bagi kegiatan ekonomi masyarakat.
“Pemeliharaan tambak ini bukan hanya tanggung jawab panitia atau marga Manurung. Ini adalah warisan budaya bersama yang harus dijaga oleh semua pihak, termasuk masyarakat lokal dan pemerintah,” tegas Uli Tiar Manurung.
Susunan Panitia Kegiatan Peresmian Tambak Raja Manurung:
1. Ketua Panitia: Sepman Manurung
2. Wakil Ketua: Jansen Manurung
3. Sekretaris: Uli Tiar Manurung
4. Bendahara: Ny. Tambunan (Vonie Br Manurung)
4. Seksi Pendukung:
Syamsudin Manurung, Manto Manurung, Dr. Midian Manurung, M.Si, Ruji Manurung, Bahari Manurung, Timbul Manurung.
Di tengah arus modernisasi, keberhasilan pemugaran Tambak Makam Raja Si Manoroni menjadikan pengingat sangat kuat bahwa warisan leluhur tetap relevan dan bisa menjadi potensi masa depan—khususnya dalam mendorong pariwisata budaya dan ekonomi lokal di kawasan Danau Toba.
(Red Spid/ Harry Joe M)



