Pasca Banjir di Parapat, Kepala UPT KPH Wilayah II Pematangsiantar : Bukan Karena Konsesi TPL -->
AYO IKUTI PROTOKOL KESEHATAN - CEGAH PENYEBARAN COVID-19 DIMULAI DARI DIRI KITA SENDIRI

Pengikut


Iklan

Pasca Banjir di Parapat, Kepala UPT KPH Wilayah II Pematangsiantar : Bukan Karena Konsesi TPL

Selasa, 18 Maret 2025


Parapat, Sumutpos.Id,- pihak UPT KPH wilayah II Pematangsiantar menegaskan bahwa terjadinya banjir di objek Wisata Danau Toba  Parapat , Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun bukan karena konsesi TPL. Akan tetapi banjir terjadi  diduga karena penyempitan aliran sungai batu Gaga. 

Hal itu disampaikan Kepala UPT  KPH Wilayah II Pematangsiantar Sukendra Purba saat diwawancara para awak media di lokasi banjir pada Selasa(18/3-2025).

" Kami sudah naik ke hulu , hasil drone  kami tidak ada penebangan kayu, dan terjadinya banjir  diduga karena penyempitan aliran sungai dan diakibatkan tingginya curah hujan," tegas Sukendra, 

Menurut Sukendra, bahwa di seputar kawasan hutan lindung diatas sungai batu Gaga tidak ada Konsesi Industri Kehutanan yang di kelola TPL.  

"  Konsesi TPL berada di Huta Sitahoan,  dan hilirnya bukan ke arah Parapat melainkan ke arah Tanah Jawa, Intinya disekitar kawasan banjir ini tak ada konsesi TPL, " tegas Sukendra, 

Langkah selanjutnya, Kata Sukendra Purba, pihaknya akan melakukan penanaman bambu di aliran sungai batu gaga dengan berkordinasi masyarakat setempat. 

Untuk mencari upaya fakta terjadinya banjir bandang di Kota Pariwisata Parapat pada Minggu 16 Maret 2025 lalu,  yang  menimbulkan berbagai opini atas penyebab dari bencana tersebut dari  beberapa kelompok tertentu dengan menuduh PT Toba Pulp Lestari, Tbk penyebabnya walau tanpa bukti yang kuat dan analisa ilmiah.  

Maka Kru Media  mencoba melakukan konfirmasi Selasa (18/3/2025) kepada Sekretaris Forum Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Fordas) Sumut, Robert Tua Siregar Ph.D. 

Dalam penjelasan ilmiahnya, Robert mengutarakan jika dilihat dari pergerakan angin pada tanggal 15 Maret 2025 pukul 15.06 WIB dan tanggal 16 Maret 2025 pukul 15.06 WIB, menunjukkan adanya pola pusat tekanan rendah atau sirkulasi udara tertutup (pola siklonik) dan daerah pertemuan angin (konvergensi) di wilayah Sumatera Utara khususnya di pesisir barat Sumatera Utara, sehingga mendukung potensi pertumbuhan awan-awan hujan (Cumulonimbus) cukup besar di wilayah Parapat, Kabupaten Simalungun dan sekitarnya.

Menurut Robert, yang juga dikenal sebagai Ketua Pusat Unggulan Iptek Bina Ruang Universitas Prima Indonesia, penyebab banjir yang terjadi di Parapat, Kabupaten Simalungun, lantaran hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang mulai terjadi pada siang hari hingga sore hari pada tanggal 16 Maret 2025 pukul 12.06 WIB hingga pukul 17.56 WIB.

Kemudian berdasarkan pantauan citra radar, terlihat pertumbuhan awan-awan konvektif penyebab hujan ringan-sedang yang ditandai dengan dengan nilai reflektifitas 35-40 dbz pada tanggal 15 Maret 2025, dan pertumbuhan awan dimulai pukul 14.36 pada siang hari hingga pukul 21.06 WIB. 

Selanjutnya,  pertumbuhan awan-awan konvektif penyebab hujan ringan-lebat pada tanggal 16 Maret 2025 ditandai dengan nilai reflektifitas 45-50 dbz, dimulai pada siang hari sekitar pukul 12.06 WIB hingga sore hari pukul 17.56. 

“Pertumbuhan awan mencapai puncaknya pada sore hari tanggal 16 Maret 2025 pukul 16.06 WIB dan mulai meluruh pada pukul 17.56 WIB”, urai Robert Tua Siregar. 

Pantauan di lapangan, hingga hari Kedua fasilitas alat berat PT TPL masih tetap melakukan aktifitas mengangkut bekas material batu akibat banjir. Begitu juga bantuan kemanusian dari pihak PT RSI dan alat berat Pemerintah Kabupaten Simalungun. (Hery)